Sabtu, 26 September 2009

Santri Salafiyyah Bogor Pelihara Tradisi Ngaji "Pasaran"

Minggu, 6 September 2009 | 00:14 WIB

BOGOR, KOMPAS.com--Setiap tahun komunitas pesantren dengan corak "salafiyyah" atau pesantren tradisional, aktif menggelar pengajian khusus bulan Ramadhan.

Tradisi pengajian ini di kalangan pesantren dikenal dengan istilah ngaji "pasaran" atau "Ramadhanan."

Habib dari Pesantren Al-Fatah Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor kepada Antara di Bogor Jumat, mengemukakan, kegiatan pengajian "pasaran" telah menjadi tradisi tahunan santri dari pesantren yang bercorak "salafiyyah."

Biasanya kegiatan "pasaran" ditandai dengan "khataman" atau mengkaji berbagai kitab klasik hingga tuntas. Selama bulan Ramadhan sebuah pesantren "salafiyyah" biasanya mengkaji puluhan kitab hingga "khatam."

Uniknya, pada pengajian "pasaran" biasanya terjadi pertukaran santri atau perpindahan santri dari satu pesantren ke pesantren lain. Ini mengingat pada bulan Ramadhan biasanya pesantren "salafiyyah" meliburkan santrinya.

Sebagai pengganti kegiatan untuk memakmurkan Ramadhan, diselenggarakan pengajian "pasaran" selama sebulan penuh dengan mengkaji puluhan kitab "kuning" atau kitab klasik.

Menurut Habib, peserta pengajian pasaran merupakan gabungan dari santri dan alumni pesantren setempat, santri dari berbagai pesantren lain hingga masyarakat luas.

"Pada pengajian pasaran biasanya ada pertukaran santri. Saya biasa ikut pengajian pasaran di Sukabumi. Kadang ikut di Tasikmalaya. Sebaliknya dari luar daerah ada yang ikut pengajian pasaran di Bogor," papar Habib.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Ciseeng, KH Sirajuddin mengemukakan, kegiatan pengajian "pasaran" merupakan ajang pencarian pengalaman dan suasana baru bagi seorang santri dalam mengaji.

Hal ini sekaligus juga sebagai wahana mencari apa yang oleh orang pesantren disebut dengan istilah "barokah" atau keberkahan dengan menyambangi satu pesantren ke pesantren lain.

"Kegiatan pengajian pasaran merupakan tradisi tahunan orang pesantren. Selain untuk mencari suasana baru serta mengisi libur Ramadhan dengan pengajian, kegiatan ini biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan berkah dari pesantren yang menyelenggarakan pasaran dan mengejar keutamaan bulan Ramadhan," papar KH Sirajuddin.

Saat masih berstatus sebagai santri, Sirajuddin pun kerap mengikuti pengajian pasaran dari satu pesantren ke pesantren lain. Setiap tahun biasanya ia selalu berganti pesantren yang dijadikan tempat mengikuti pengajian selama Ramadhan.

Tradisi yang dulu digelutinya tersebut, hematnya, kini diikuti oleh putra-putrinya yang tengah mondok. Pada saat pesantren tempat mereka menimba ilmu meliburkan aktivitas formalnya, anak-anaknya memilih tidak pulang ke rumah namun tetap mengaji ke pesantren lain dengan mengikuti "pasaran."

"Kegiatan pasaran yang pernah saya ikuti setiap Ramadhan, kini diikuti anak-anak saya yang sedang mondok di pesantren," tuturnya.

Hal senada diutarakan oleh Suhadi, alumnus Pesantren As-Salafiyyah Cisaat, Kabupaten Sukabumi. Menurutnya, kegiatan pengajian "pasaran" telah menjadi aktivitas tahunan santri "salafiyyah."

Dia menceritakan, beberapa tahun silam setiap Ramadhan tiba ia selalu mengikuti pengajian model ini. Kadang ia mengikutinya di pesantren "salafiyyah" yang berada di Bogor secara bergantian dari satu pesantren ke pesantren lain.

"Saat ini kegiatan pasaran saya lihat masih lestari. Terutama di pesantren yang bercorak salafiyyah, kegiatan ini dari tahun ke tahun selalu semarak," begitu kata Suhadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar